Aku nggak sengaja menemukan video amatir hasil rekaman dan editing dengan hp oleh almarhum Bang Ociet (adikku) tiga tahun lalu. Judulnya Ayah Paling Keren di Seluruh Dunia. Ini dia...
Video ini mengantarku pada berbagai kenangan yang terputar bagai klise usang sangat berharga yang tak mungkin dapat dicetak kembali. Bapak, Mamak, Bang Ociet dan Dek Thifa. Allah, aku mencintai mereka karena Mu. Aku terkadang mengutuk diri yang terlampau berani mengambil resiko dengan konsekuensi rindu sepelik ini. Pada malam-malam ramai di negeri rantau...
Bapak telah jadi lelaki paruh baya kini. Usianya akan menginjak 48 pada Januari tahun depan. Tapi bayangan kegagahannya tak akan tertelan usia. Bapak yang sangat luar biasa menjalankan amanahnya sebagai seorang suami dan juga seorang ayah. Sepertinya aku tak akan sanggup mendeskripsikannya satu persatu. Silahkan lihat saja di video salah contohnya.
Dek Thifa., adik manis yang selalu mengikuti gaya kakaknya. padahal usia kami terpaut 12 tahun. ^_^
Dia salah satu sumber semangat ku. Usianya kini 9 tahun. Sejak ia berusiah 7 tahun, ia sudah mengerti bagaimana mencintai orang tua. Dia tidak akan membiarkan Mamak lelah sendiri dengan semua urusan rumah (aku sudah merantau), dia pasti akan turun tangan. entah dengan apapun yang bisa dia lakukan. Satu penggalan yang membuat aku begitu tersentak olehnya, "Adik mau SMP di dekat rumah, mau SMA di dekat rumah, mau kuliah di dekat rumah juga. Pokoknya adik nggak mau jauh-jauh dari Mamak. Adik nggak mau tinggalin Mamak. Kalau adik pergi juga, kasian Mamak sama Bapak sendirian di rumah" Aku menangis demi mendengar kata-kata ini dari bibirnya. Dia berkata begitu, beberapa bulan setelah Bang Ociet meninggalkan kami untuk selamanya. Aku merasa jahat telah meninggalkan Mamak dan Bapak begitu jauh, juga meninggalkan dia tanpa sosok kakak di rumah. Maafkan Kakak, dek. Kakak akan segera kembali...
Satu lagi tokoh dalam video ini. Bang Ociet. Kami memanggilnya Abang karena dia adalah lelaki tertua dalam silsilah keluarga kami (baca: juga sepupu). Usiaku terpaut 4 tahun dengannya. Seperti yang sering akau ulang, Bang Ociet telah pergi 655 hari yang lalu. Kenangan bersamanya banyak terisi dengan pertengkaran dan keributan kecil khas dua bersaudara. Tapi tanpa sempat ku cari alasan, aku menangis sepanjang satu minggu setelah kepergiannya, bahkan hingga saat ini. Aku merindukannya (rindu yang tak ada obat kecuali bercerita pada pemiliknya). Dimana lagi akan kutemukan dia, kecuali di surga kelak. Aku menyayanginya. Aku menyayanginya. Meski kami sering terlibat keributan, tapi dia selalu menuruti setiap perkataan ku. Dia adik yang hebat. Bahkan ketika penyakit ganas itu mulai menggerogoti tubuhnya, dia tak pernah mengeluh dan tak pernah mengatakan sakit. Dia adik yang hebat, Allah. Tak akan kutemukan sosok sepertinya dimanapun lagi diseluruh penjuru dunia ini. Semoga kau bahagia disana Bang. Tunggu kami, dan kita semua akan berkumpul lagi. Kakak rindu... Bapak, Mamak dan Adik juga rindu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar